JUMLAH PENDUDUK
Laki-Laki Perempuan
1840 1778
= 3.618 Orang
JUMLAH PENDUDUK
Laki-Laki Perempuan
1768 1696
= 3.464 Orang
JUMLAH PENDUDUK
Laki-Laki Perempuan
? ?
= ? Orang
Tingkat Pendidikan Pendudukmlah penduduk buta aksara dan huruf latin 48 orang
Jumlah penduduk usia 3-6 tahun yang masuk TK dan Kelompok Bermain Anak 230 orang
Jumlah anak dan penduduk cacat fisik dan mental 2 orang
Jumlah penduduk sedang SD/sederajat 558 orang
Jumlah penduduk tamat SD/sederajat 1225 orang
Jumlah penduduk tidak tamat SD/sederajat 210 orang
Jumlah penduduk sedang SLTP/sederajat 210 orang
Jumlah penduduk tamat SLTP/sederajat 631 orang
Jumlah penduduk sedang SLTA/sederajat 162 orang
Jumlah penduduk tidak tamat SLTP/Sederajat 127 orang
Jumlah penduduk tamat SL.TA/Sederajat 193 orang
Jumlah penduduk sedang D-1 22 orang
Jumlah penduduk tamat D-1 0 orang
Jumlah penduduk sedang D-2 0 orang
Jumlah penduduk tamat D-2 28 orang
Jumlah penduduk sedang D-3 0 orang
Jumlah penduduk tamat D-3 32 orang
Jumlah penduduk sedang S-1 11 orang
Jumlah penduduk lamat S-1 31 orang
Jumlah penduduk sedang S-2 1 orang
Jumlah penduduk tamat S-2 2 orang
Jumlah penduduk lamat S-3 0 orang
Jumlah penduduk sedang SLB A 0 orang
Jumlah penduduk tamat SLB A 1 orang
Jumlah penduduk sedang SLB B 0 orang
Jumlah penduduk tamat SLB B 10 orang
Jumlah penduduk sedang SLB C 0 orang
Jumlah penduduk tamat SLB C 0 orang
Jumlah penduduk cacat fisik dan mental 19 orang
Tingkat Pendidikan Pendudukmlah penduduk buta aksara dan huruf latin - orang
Jumlah penduduk usia 3-6 tahun yang masuk TK dan Kelompok Bermain Anak - orang
Jumlah anak dan penduduk cacat fisik dan mental - orang
Jumlah penduduk sedang SD/sederajat - orang
Jumlah penduduk tamat SD/sederajat - orang
Jumlah penduduk tidak tamat SD/sederajat - orang
Jumlah penduduk sedang SLTP/sederajat - orang
Jumlah penduduk tamat SLTP/sederajat - orang
Jumlah penduduk sedang SLTA/sederajat - orang
Jumlah penduduk tidak tamat SLTP/Sederajat - orang
Jumlah penduduk tamat SL.TA/Sederajat - orang
Jumlah penduduk sedang D-1 - orang
Jumlah penduduk tamat D-1 - orang
Jumlah penduduk sedang D-2 - orang
Jumlah penduduk tamat D-2 - orang
Jumlah penduduk sedang D-3 - orang
Jumlah penduduk tamat D-3 - orang
Jumlah penduduk sedang S-1 - orang
Jumlah penduduk lamat S-1 - orang
Jumlah penduduk sedang S-2 - orang
Jumlah penduduk tamat S-2 - orang
Jumlah penduduk lamat S-3 - orang
Jumlah penduduk sedang SLB A - orang
Jumlah penduduk tamat SLB A - orang
Jumlah penduduk sedang SLB B - orang
Jumlah penduduk tamat SLB B - orang
Jumlah penduduk sedang SLB C - orang
Jumlah penduduk tamat SLB C - orang
Jumlah penduduk cacat fisik dan mental - orang
Kantor kuwu adalah pusat administrasi dan pemerintahan di tingkat desa atau kelurahan di Indonesia. Kantor ini memiliki peran penting dalam mengelola berbagai aspek kehidupan desa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat desa. Berikut adalah deskripsi tentang kantor kuwu:
1. Administrasi Pemerintahan:
- Mengurus administrasi kependudukan seperti pembuatan KTP, KK, akta kelahiran, dan surat pindah.
- Mengelola data dan arsip desa.
- Menyusun dan melaksanakan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes).
2. Pelayanan Publik:
- Memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal administrasi, perizinan, dan berbagai kebutuhan lainnya.
- Menyediakan informasi tentang program-program pemerintah dan layanan publik yang tersedia.
3. Pembangunan Desa:
- Merencanakan dan mengkoordinasikan pembangunan infrastruktur desa seperti jalan, jembatan, irigasi, dan fasilitas umum lainnya.
- Melaksanakan program-program pembangunan yang dibiayai oleh anggaran desa maupun bantuan dari pemerintah pusat dan daerah.
4. Pemberdayaan Masyarakat:
- Mendorong partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan dan sosial.
- Menyelenggarakan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan warga desa.
5. Keamanan dan Ketertiban:
- Bekerjasama dengan lembaga keamanan seperti Babinsa dan Babinkamtibmas untuk menjaga keamanan dan ketertiban di desa.
- Menyelesaikan perselisihan dan konflik yang terjadi di antara warga desa.
Struktur dan Personel Kantor Kuwu
Kantor kuwu biasanya terdiri dari beberapa perangkat desa yang memiliki tugas dan tanggung jawab spesifik, antara lain:
1. Kuwu (Kepala Desa):
- Pemimpin tertinggi di desa yang bertanggung jawab atas semua urusan pemerintahan desa.
- Dipilih secara langsung oleh warga desa melalui pemilihan kepala desa.
2. Sekretaris Desa:
- Membantu kuwu dalam administrasi dan manajemen kantor desa.
- Mengurus administrasi surat-menyurat dan penyimpanan arsip.
3. Kaur (Kepala Urusan):
- Mengelola urusan tertentu seperti keuangan, perencanaan, pemerintahan, kesejahteraan rakyat, dan pelayanan umum.
- Setiap kaur bertanggung jawab atas bidang spesifik sesuai dengan struktur organisasi desa.
4. Kadus (Kepala Dusun):
- Mengelola administrasi dan pelayanan di tingkat dusun atau lingkungan dalam desa.
- Bertindak sebagai perpanjangan tangan kuwu di wilayahnya.
Fasilitas Kantor Kuwu
Kantor kuwu biasanya dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung kegiatan administrasi dan pelayanan, seperti:
- Ruang kerja kuwu dan perangkat desa.
- Ruang pelayanan masyarakat.
- Ruang rapat.
- Fasilitas IT dan komunikasi seperti komputer, printer, dan telepon.
- Area parkir dan ruang tunggu untuk warga yang datang berurusan.
Kantor kuwu adalah tempat yang strategis dalam mengkoordinasikan dan menjalankan pemerintahan di tingkat desa, serta menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah di tingkat yang lebih tinggi.
Sejarah Masjid Jami'Baitussu,ada
Pada suatu hari, tatkala Ki Gede Pertapa dan para abdinya mengerjakan pembuatan pondok paguron dan sumur, datanglah serombongan orang-orang yang membawa 9 batang kayu jati. Rombongan itu dipimpin oleh Pangeran Patrawelang, salah seorang santri Sunan Kalijaga (versi lain menceritakan, rombongan itu dipimpin oleh Sunan Kudus). Rombongan diterima baik oleh Ki Gede Pertapa. Mereka dipersilahkan beristirahat di pondok.
Setelah saling berkenalan dan beramah tamah, Pangeran Patrawelang menceritakan maksud kedatangan mereka sebenarnya mengirimkan 9 kayu jati itu untuk menyumbang pembangunan Masjid Agung Cirebon, yang menurut kabar masih kekurangan kayu. Mengetahui maksud tersebut, Ki Gede Pertapa memberitahukan bahwa pembangunan Masjid Agung Cirebon sudah selesai dengan sempurna. Kekurangan kayu tiang untuk masjid itu telah dibuat oleh Sunan Kalijaga dengan membuat tiang dari tatal.
Akhirnya atas persetujuan bersama, kayu-kayu itu tidak jadi dikirimkan ke Cirebon dan diputuskan untuk membangun masjid di pondok paguron. Maka didirikanya Masjid itu yang letaknya disebelah selatan sumur yang sedang diselesaikan pembuatannya. Kayu-kayu itu dijadikan tiang-tiang utama masjid. (Sekarang bentuk masjid telah mengalami perubahan total karena mengalami beberapa kali perbaikan. Akan tetapi kayu-kayu itu tetap dijadikan tiang utama masjid, sekarang ada 4 tiang yang telah di cor itu didalamnya ada kayu tersebut karena dianggap keramat oleh penduduk).
Cikal Bakal Pemerintahan Desa
Setelah tersiar kabar, bahwa dihutan belantara Leuweunggede telah didirikan paguron dan dibuka padukuhan, maka berdatangan orang-orang daerah-daerah sekitarnya. Ada yang bermaksud berguru di paguron Leuweunggajah dan ingin menjadi murid Ki Gede Pertapa. Ada yang ingin sekedar mencari nafkah (bubuara) karena tanahnya subur untuk bercocok tanam. Dan bahkan ada yang terus menetap menjadi penduduk di pedukuhan tersebut. Lama kelamaan makin bertambah penghuni pedukuhan itu dan makin luas wilayah hutan Leuweunggede yang terus di babat atau di buka. Karena dirasakan perkembangan penghuni pedukuhan terus bertambah maka oleh para pendiri pedukuhan dipandang perlu untuk menunjuk seseorang yang dapat mengatur dan memerintah serta menjaga keamanan penghuninya.
Kemudian diadakanlah rapat musyawarah hal ihwal pedukuhan/pedesaan di suatu tempat. Sekarang tempat itu dikenal dengan sebutan Padisan, asal dari kata padesaan, hamparan tanah subur sebelah Utara desa Pabuaran.
Musyawarah padisan tersebut menghasilkan beberapa keputusan perihal tata kehidupan bermasyarakat disebut Undang-Undang Padisan dan menunjuk Ki Raksabumi, putra Tumenggung Jagabaya yang menikah dengan Nyi Mas Cici putri Ki Gede Pertapa, menjadi Kuwu di pedukuha Desa Leuweunggajah. Karena saat Ki Raksabumi diangkat menjadi Kuwu masih berumur muda, maka terkenal dengan sebutan Kuwu Bujang. Didalam memimpin ketataraharjaan dan keamanan penduduk, Ki Kuwu Bujang/Ki Raksabumi dibantu oleh sesepuh cikal bakal selaku Junjang Karwat (Pelaksana yang menjunjung dan menunjang tata tentram penduduknya).
Adapun batas- batas wilayah desa leuweunggajah pada waktu itu adalah sebagai berikut : sebelah utara daerah Balagedog (sekarang Desa Silih Asih, Pabedilan / Losari ) , sebelah selatan daerah Cigobang (sekarang Desa Cigobang Girang , Kecamatan Waled ) , sebelah barat daerah Lebak Gede / Ciberes (sekarang Desa Cibogo , Kecamatan Waled } , dan sebelah timur daerah Kubang Kareo / Bantarsari ( sekarang Desa Bojongsari ,Kecamatan Losari , Jawa Tengah }.
Masa jabatan jabatan Ki Kuwu Raksabumi tidak diketahui kapan dimulainya dan kapan berakhirnya , konon disebabkan silem ( menghilang ) tak berbekas . Namun berdasarkan tuturan para sesepuh bahwa lamanya Ki Raksabumi / Kuwu Bujang memimpin desa Leuweunggajah kira kira 21 tahun . Dan setelah masa jabatan Kuwu Bujang berakhir silem , disamping itu wilayah Desa Leuweunggajah mengalami pemekaran beberapa kali sampai dengan keadaan sekarang.
Taman Bougenville merupakan salah satu taman wisata yang menarik perhatian pengunjung dengan keindahan alamnya dan berbagai fasilitas yang ditawarkan. Taman ini sering kali menjadi tempat rekreasi bagi keluarga, wisatawan, dan pecinta alam. Berikut adalah deskripsi tentang fungsi Taman Bougenville:
Taman Bougenville menyediakan area yang nyaman dan menyenangkan untuk rekreasi keluarga. Pengunjung dapat menikmati piknik, bermain, atau sekadar bersantai di tengah taman yang asri.
Fasilitas permainan anak-anak, jalur jogging, dan area bermain membuatnya ideal untuk aktivitas keluarga.
Pekerjaan Langsung Taman ini menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, seperti petugas kebersihan, penjaga taman, pemandu wisata, dan staf administrasi.
Pekerjaan Tidak Langsung Adanya taman ini juga mendukung pekerjaan tidak langsung di sektor terkait seperti transportasi, kuliner, kios dan warung .
Sejarah Sumur Keramat
Konon sekitar abad 16-an, perkembangan agama Islam di wilayah Leuweunggajah sedang pesat-pesatnya. Pondok paguron banyak didatangi murid-murid yang ingin belajar agama Islam dan Ilmu Kedigjayaan/Kanuraga . Tak terkecuali seorang Ki Jaya namanya. Ia telah memiliki ilmu Kedigjayaan, dan ingin memperdalam ilmunya di Pondok Paguron yang ada di Leuweunggajah. Sebagai seorang kesatria ia sering mengadu kesaktian dengan lawan-lawannya. Sehingga pada suatu waktu, dalam pertarungan ia terkena sabetan pedang lawan di mukanya. Maka menjadi cacat wajahnya untuk selamanya.
Suatu hari Ki Jaya bertemu dengan seorang gadis cantik, putri salah seorang gegeden Leuweunggajah. Tertariklah hati Ki Jaya oleh kecantikan gadis itu. Ia ingin mempersunting gadis itu. Untuk mencapai maksudnya, Ki Jaya berusaha mengabdi pada keluarga gegeden Leuweunggajah itu. Dengan harapan gadis itu mencintainya.
Lama sudah Ki Jaya mengabdi pada keluarga gegeden itu, namun ternyata gadis itu tak memberikan harapan apapun. Sakit hatinya Ki Jaya karena cintanya tak terbalaskan. Akhirnya Ki Jaya mengasingkan diri disuatu tempat. Dalam pengasingan terasa dendamnya pada keluarga gadis itu. Maka timbul niat kurang baiknya, untuk membuat keonaran di Leuweunggajah. Dengan menggunakan ilmu kesaktiannya, Ki Jaya memasukan sebuah benda ke dalam sumur masjid Leuweunggajah.
Akibat ulah Ki Jaya timbulah musibah di Leuweunggajah. Terutama orang-orang yang mengambil air dari sumur tersebut.Banya penduduk yang sakit sore, paginya meninggal, demikian juga sebaliknya. Sakit pagi hari sorenya meninggal. Ada yang sakit muntah darah, sakit gatal-gatal, dan lain-lain. Anak-anak banyak yang tidak dapat berjalan/lumpuh, bahkan gadis-gadis jauh dari jodohnya. Gegerlah kemana-mana, sumur Leuweunggajah beracun.
Karena sumur Leuweunggajah beracun, maka untuk memenuhi kebutuhan air, orang-orang terpaksa ngulak cai (Bahasa Sunda, artinya mengambil air) ke daerah Lebak Gede/Cibogo. Sampai terjadinya desa Cikulak (asal kata “ngulak cai” menjadi “cikulak”) Kec. Waled sekarang. Disamping itu karena masih kekurangan air, maka Pangeran Danalampah menggali sumur di daerah Damarguna (Desa Damarguna sekarang). Sehingga sumur tersebut terkenal dengan sebutan “Sumur Pangeran”, disisi lain juga Pangeran Danalampah disebut sebagai Pangeran Danatoya.
Lama berbulan-bulan bahkan sampai beberapa tahun sumur Leuweunggajah beracun dan tidak dapat dipergunakan lagi. Sampai suatu hari datanglah ulama dari Mesir. Habib Toharudin namanya. Beliau bermaksud mengetahui perkembangan agama Islam di wilayah Cirebon , sehingga tiba di daerah Leuweunggajah. Habib Toharudin adalah seorang ulama yang waskita. Beliau mengetahui sebab musababnya sumur Leuweunggajah beracun. Atas perkara Habib Toha dikuraslah sumur itu. Setelah airnya surut, di dasar sumur ditemukan sebuah benda bulat berwarna hitam. Disebut waluh ireng. Waluh ireng tersebut dibelah oleh Habib Toha. Sungguh ajaib. Dari belahan waluh ireng itu keluarlah seekor menjangan wulung berbulu hitam. Seraya menghilang wujudnya, menjangan wulung itu berujar bahwa ia hanyalah suruhan seorang murid, yaitu Ki Jaya. Dan ia memohon ampun serta tidak akan sesekali lagi membuat keonaran di Leuweunggajah. Bahkan ia berjanji akan membantu orang Leuweunggajah bila diperlukan.
Untuk membuktikan pengakuan menjangan wulung, serta merta Ki Jaya dihadapkan pada permusyawaratan para gegeden. Diantaranya Habib Toha, Buyut Surajaya, Buyut Kendit (Pangeran Patra Welang), H. Kalimudin dan lain-lainnya. Dihadapan semua orang, akhirnya Ki Jaya mengakui segala perbuatannya. Ia memohon ampun dan tidak akan mengulangi lagi segala perbuatan terkutuk itu. Ia sadar bahwa jodoh, pati, bagja, dan celaka ada ditangan Yang Maha Kuasa.
Selanjutnya sumur yang telah dibersihkan dari pengaruh racun waluh ireng, oleh Habib Toha dimasukkan hikmah (karomah) kedalamnya. Sehingga akhirnya sumur itu dapat dipergunakan kembali. Segala penyakit yang diderita oleh penduduk selama ini dapat pulih kembali setelah mandi di sumur itu. Sejak saat itu banyak yang berdatangan untuk mengambil air sumur yang dapat dipergunakan untuk berbagai hajat agar tercapai maksud dan tujuan tertentu. Terkecuali untuk perbuatan jahat, resikonya ditanggung sendiri. Sekarang sumur itu dikeramatkan oleh pendudukLeuweunggajah dan sekitarnya.
Lapangan bola di Desa Leungweunggajah merupakan fasilitas olahraga yang penting bagi warga desa. Lapangan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat bermain sepak bola, tetapi juga sebagai pusat kegiatan komunitas dan tempat berkumpul warga. Berikut adalah deskripsi tentang lapangan bola di Desa Leungweunggajah:
1. Tempat Bermain Sepak Bola:
- Lapangan bola ini digunakan oleh warga desa, terutama oleh anak-anak dan remaja, untuk bermain sepak bola. Lapangan ini sering menjadi tempat latihan rutin bagi tim sepak bola desa.
- Selain untuk latihan, lapangan ini juga digunakan untuk mengadakan pertandingan sepak bola antar kampung atau antar desa.
2. Pusat Kegiatan Olahraga:
- Lapangan ini berfungsi sebagai pusat kegiatan olahraga lainnya, seperti voli, badminton, atau senam pagi.
- Berbagai turnamen dan kompetisi olahraga lokal sering diselenggarakan di sini, menarik partisipasi luas dari masyarakat.
Fungsi Sosial dan Komunitas
3. Tempat Berkumpul dan Bersosialisasi:
- Lapangan bola menjadi tempat bagi warga untuk berkumpul, bersosialisasi, dan mempererat hubungan antarwarga. Acara-acara komunitas seperti perayaan hari besar nasional, pesta desa, atau festival sering diadakan di sini.
- Pada sore hari atau akhir pekan, banyak warga yang datang ke lapangan untuk menonton pertandingan atau sekadar berbincang-bincang.
Fungsi Pendidikan dan Pembinaan
4. Pembinaan Atlet Muda:
- Lapangan bola ini berperan dalam pembinaan atlet muda di desa. Program latihan dan pembinaan sering diadakan untuk mengembangkan bakat dan keterampilan anak-anak dan remaja dalam olahraga sepak bola.
- Pelatih lokal dan program kerjasama dengan sekolah sering memanfaatkan lapangan ini untuk melatih para calon atlet.
5. Kondisi Lapangan:
- Lapangan bola biasanya terdiri dari tanah atau rumput alami. Upaya perawatan rutin dilakukan untuk menjaga kualitas lapangan agar tetap layak digunakan.
- Penandaan lapangan, gawang, dan fasilitas lainnya disesuaikan dengan standar pertandingan sepak bola.
6. Pemberdayaan Masyarakat:
- Lapangan ini berperan dalam pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan warga dalam pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas. Kerjasama antarwarga untuk merawat lapangan memperkuat rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama.
- Kegiatan olahraga dan sosial di lapangan ini juga membantu membangun rasa solidaritas dan kebersamaan di antara warga desa.
Dengan fungsi-fungsi tersebut, lapangan bola di Desa Leungweunggajah tidak hanya menjadi tempat untuk bermain sepak bola, tetapi juga menjadi pusat aktivitas olahraga, sosial, dan komunitas yang penting bagi kesejahteraan dan kebersamaan warga desa.
IBU IBU PKK
Tujuan dan Fungsi Ibu-ibu PKK
PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) adalah organisasi yang berfokus pada pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga di Indonesia. Ibu-ibu PKK adalah anggota dari organisasi ini, yang umumnya terdiri dari ibu rumah tangga yang berperan aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemasyarakatan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Berikut adalah deskripsi lebih rinci tentang ibu-ibu PKK:
1. Pemberdayaan Keluarga:
- Mengajak dan membimbing keluarga dalam mengelola ekonomi rumah tangga agar lebih mandiri dan sejahtera.
- Memberikan pelatihan dan edukasi tentang pengelolaan keuangan, kesehatan, pendidikan anak, dan keterampilan rumah tangga.
2. Peningkatan Kesejahteraan:
- Meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui berbagai program seperti peningkatan gizi, kesehatan ibu dan anak, serta pendidikan.
- Melakukan kegiatan sosial seperti posyandu (pos pelayanan terpadu), penyuluhan kesehatan, dan program keluarga berencana (KB).
3. Pengembangan Keterampilan:
- Mengadakan pelatihan keterampilan bagi ibu-ibu rumah tangga untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka, seperti kerajinan tangan, memasak, menjahit, dan lain-lain.
- Mendukung usaha mikro dan kecil yang dikelola oleh ibu-ibu rumah tangga untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Struktur Organisasi Ibu-ibu PKK
1. Tingkat Nasional hingga Desa:
- PKK memiliki struktur organisasi yang teratur dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga desa atau kelurahan.
- Setiap tingkatan memiliki pengurus yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan beberapa seksi sesuai dengan bidang kegiatan PKK.
2. Kelompok Dasawisma:
- Di tingkat paling dasar, ibu-ibu PKK sering dikelompokkan dalam kelompok Dasawisma, yang terdiri dari 10-20 keluarga. Kelompok ini berfungsi sebagai unit terkecil yang menjalankan program-program PKK di lingkungan masing-masing.
Program dan Kegiatan Ibu-ibu PKK
1. Program Pendidikan dan Keterampilan:
- Pelatihan dan kursus keterampilan untuk meningkatkan kemampuan ibu-ibu dalam mengelola rumah tangga dan usaha kecil.
- Program literasi dan pendidikan anak usia dini untuk memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan yang baik sejak dini.
2. Program Kesehatan:
- Penyuluhan dan pelayanan kesehatan melalui posyandu, termasuk pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan pemberian vitamin.
- Kampanye tentang pentingnya gizi seimbang dan pola makan sehat untuk seluruh anggota keluarga.
3. Program Ekonomi:
- Pengembangan usaha kecil dan menengah yang dikelola oleh ibu-ibu rumah tangga, termasuk akses ke modal dan pelatihan kewirausahaan.
- Promosi produk-produk lokal yang dihasilkan oleh kelompok ibu-ibu PKK untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
4. Program Lingkungan dan Kebersihan:
- Kampanye dan kegiatan kebersihan lingkungan, seperti pengelolaan sampah, penanaman pohon, dan penghijauan.
- Edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan bersih dan sehat untuk kesejahteraan bersama.
Peran Sosial Ibu-ibu PKK
1. Penggerak Pembangunan:
- Ibu-ibu PKK berperan sebagai penggerak utama dalam pembangunan masyarakat, terutama dalam hal kesehatan, pendidikan, dan ekonomi keluarga.
- Mereka bekerja sama dengan pemerintah desa dan lembaga lainnya untuk menyukseskan program-program pembangunan.
2. Jembatan Informasi:
- Ibu-ibu PKK sering menjadi jembatan informasi antara pemerintah dan masyarakat. Mereka menyampaikan program-program pemerintah dan membantu masyarakat memahami dan mengikuti program tersebut.
3. Konsolidasi Sosial:
- Melalui kegiatan PKK, ibu-ibu rumah tangga memiliki kesempatan untuk berkumpul, bertukar pengalaman, dan mempererat hubungan sosial di lingkungan mereka.
- Aktivitas PKK membantu menguatkan rasa kebersamaan dan solidaritas di antara anggota masyarakat.
Dengan peran dan fungsinya yang beragam, ibu-ibu PKK menjadi salah satu pilar penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat di Indonesia. Organisasi ini berkontribusi besar dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, hingga lingkungan.
Fungsi dan Manfaat Peta Digital
Peta digital di Desa Leungweunggajah adalah representasi geografis dari desa tersebut dalam format digital, yang dapat diakses melalui perangkat elektronik seperti komputer, tablet, atau ponsel. Peta ini memberikan informasi detail tentang topografi, infrastruktur, dan berbagai fasilitas yang ada di desa. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang peta digital di Leungweunggajah:
1. Navigasi dan Lokasi:
- Membantu warga dan pengunjung untuk menemukan lokasi tertentu di desa, seperti rumah, kantor pemerintahan desa, sekolah, masjid, lapangan bola, dan fasilitas umum lainnya.
- Menyediakan panduan arah dan jarak antara satu lokasi dengan lokasi lainnya.
2. Perencanaan dan Pembangunan:
- Digunakan oleh pemerintah desa untuk perencanaan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, saluran air, dan fasilitas umum lainnya.
- Membantu dalam pengelolaan dan pemetaan lahan untuk pertanian, pemukiman, dan kawasan hijau.
3. Pengelolaan Sumber Daya Alam:
- Membantu dalam pemantauan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada di desa, seperti hutan, sungai, dan lahan pertanian.
- Memfasilitasi identifikasi dan pemetaan wilayah yang membutuhkan konservasi atau rehabilitasi lingkungan.
4. Pelayanan Publik:
- Mempermudah akses informasi tentang lokasi fasilitas pelayanan publik seperti puskesmas, sekolah, pasar, dan tempat ibadah.
- Membantu pemerintah desa dalam merespon kebutuhan warga dengan lebih cepat dan efisien.
Fitur Utama Peta Digital
1. Tampilan Interaktif:
- Peta digital biasanya memiliki fitur interaktif yang memungkinkan pengguna untuk memperbesar (zoom in) atau memperkecil (zoom out) tampilan, serta menjelajahi area yang berbeda dengan mudah.
- Informasi tambahan seperti nama jalan, nomor rumah, dan landmark penting sering kali dapat diakses dengan mengklik atau mengetuk lokasi tertentu pada peta.
2. Layer atau Lapisan Informasi:
- Peta digital dapat menampilkan berbagai jenis informasi dalam layer yang berbeda, seperti layer topografi, layer infrastruktur, layer pemukiman, dan layer vegetasi.
- Pengguna dapat memilih layer yang ingin ditampilkan sesuai dengan kebutuhan mereka.
3. Pencarian Lokasi:
- Fitur pencarian memungkinkan pengguna untuk menemukan lokasi tertentu dengan cepat dengan memasukkan nama tempat, alamat, atau koordinat geografis.
- Beberapa peta digital juga mendukung pencarian berdasarkan kategori, seperti tempat makan, fasilitas kesehatan, atau tempat wisata.
4. Integrasi dengan Teknologi GPS:
- Peta digital dapat diintegrasikan dengan teknologi GPS (Global Positioning System) untuk memberikan informasi lokasi secara real-time.
- Fitur ini sangat berguna untuk navigasi dan pelacakan lokasi saat pengguna berada di lapangan.
Implementasi dan Penggunaan Peta Digital
1. Penggunaan oleh Pemerintah Desa:
- Pemerintah desa menggunakan peta digital untuk merencanakan dan memonitor proyek pembangunan, serta untuk pengelolaan administrasi lahan dan properti.
- Peta ini juga digunakan untuk koordinasi dengan instansi lain dalam penyelenggaraan layanan publik dan penanggulangan bencana.
2. Akses oleh Masyarakat:
- Peta digital dapat diakses oleh warga melalui situs web resmi desa atau aplikasi peta yang tersedia di perangkat mobile.
- Warga dapat menggunakan peta ini untuk berbagai keperluan, seperti mencari alamat, mengetahui fasilitas terdekat, atau merencanakan rute perjalanan.
3. Pengembangan Ekonomi dan Pariwisata:
- Peta digital membantu dalam promosi pariwisata dengan menampilkan lokasi objek wisata, jalur trekking, dan tempat-tempat menarik lainnya di desa.
- Pengusaha lokal dapat memanfaatkan peta ini untuk menandai lokasi usaha mereka, sehingga memudahkan pelanggan untuk menemukan mereka.
Tantangan dan Peluang
1. Akurasi Data:
- Tantangan utama dalam pembuatan peta digital adalah memastikan akurasi dan aktualisasi data. Data yang tidak akurat dapat menyebabkan kebingungan dan ketidaknyamanan bagi pengguna.
- Kerjasama antara pemerintah desa, warga, dan penyedia layanan peta digital sangat penting untuk menjaga keakuratan data.
2. Aksesibilitas Teknologi:
- Meskipun peta digital sangat berguna, aksesibilitas teknologi dan internet di daerah pedesaan kadang-kadang masih menjadi kendala.
- Peningkatan infrastruktur telekomunikasi dan edukasi teknologi di desa dapat meningkatkan penggunaan dan manfaat dari peta digital.
3. Pengembangan Berkelanjutan:
- Peta digital harus terus dikembangkan dan diperbarui untuk mencerminkan perubahan yang terjadi di lapangan, seperti pembangunan baru, perubahan tata ruang, dan perkembangan lingkungan.
- Inovasi dalam teknologi peta digital, seperti penggunaan data satelit dan drone, dapat membantu dalam pemutakhiran data secara berkala.
Peta digital di Desa Leungweunggajah adalah alat yang sangat berguna untuk berbagai keperluan, mulai dari navigasi sehari-hari hingga perencanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya. Dengan memanfaatkan teknologi ini, desa dapat meningkatkan efisiensi layanan publik, mengembangkan ekonomi lokal, dan meningkatkan kualitas hidup warganya.